Rabu, 09 November 2011

sejarah VSAT SAELIT

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT BERBASIS V-SAT

 Abstract

               Satellite of Communication System consists of a transponder satellite and some earth station. A transponder satellite is placed into its orbit which has function as repeater, organize the flow of data and information and control the traffic’s relation of some earth station. Very Small Aperture Terminal ( VSAT ) or well-known as Communication System of Micro Earth Satellite ( SKSBM ) is an earth station which has function to receive or send data and information, from and for a transponder satellite. Besides that, VSAT is also Access Network regarding directly with its user. Generally, VSAT work on C-band frequency, precisely on frequency 3 – 6 GHz. For the down-link side on frequency 3-4 GHz and up-link on frequency 5-6 GHz. Basically, Terminal of VSAT is group of antenna parabola, amplifier, filter, converter, and modem. VSAT is able to be said will work optimal if the parameter is appropriate with a standard.

Key word : Very Small Aperture Terminal ( VSAT ), Satellite, TDM, TDMA.     

1.   PENDAHULUAN

1.1.    Sejarah VSAT

Di Amerika pada awal 80-an muncul teknologi komunikasi satelit dengan antena kecil, yang mampu menghubungkan point to multipoint atau sebaliknya multipoint to point. Teknologi itu terkenal dengan sebutan VSAT (Very Small Aperture Terminal).









Gambar 1. Perputaran satelit yang menghubungkan point to multipoint
1.2.  VSAT di Indonesia

VSAT masuk pertama ke Indonesia tahun 1989 seiring dengan bermunculnya bank-bank swasta yang sangat membutuhkan system komunikasi online seperti ATM (Automated Teller Machine). Pemanfaatan VSAT di Indonesia termasuk yang pertama di Asia Tenggara, yang dipelopori oleh perusahaan swasta nasional PT Citra Sari Makmur (CSM) dengan lisensi PT TELKOM. CSM mulai beroperasi awal 1990 dengan memanfaatkan satelit PALAPA. Saat ini selain CSM ada 3 operator VSAT swasta yaitu Lintasarta, Elektrindo Nusantara dan Rintis Sejahtera (Primacom). Pangsa pasar terbesar masih dikuasai CSM. Di luar itu masih ada 2 operator yang hanya melayani kalangan sendiri, Dwi Mitra (kelompok Garuda Indonesia) dan BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika).










Gambar 2. Cakupan jangkauan satelit PALAPA di Indonesia
Meskipun bukanlah solusi yang sempurna untuk LAN/WAN, teknologi satelit VSAT (very small aperture terminal) menawarkan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki jaringan terestrial. Dalam hal jangkauan, sebuah satelit GEO (Geostasionary Earth Orbit) dapat meliput lebih dari sepertiga (+ 40%) permukaan bumi. Tiga satelit GEO sudah dapat menjangkau seluruh wilayah di bumi, kecuali sebagian daerah kutub. Wilayah liputan yang sedemikian luas ini secara ekonomis menyebabkan sistem satelit jauh lebih murah dibanding jika harus membangun jaringan serat optik ataupun jaringan terestrial lainnya untuk luas cakupan yang sama. Jaringan komunikasi satelit VSAT untuk pengiriman data dan suara menjamin keandalan (reliabilitas) keberhasilan hubungan sebesar 99,9%. Disamping itu kelebihan yang tak kalah pentingnya adalah kemudahan dan kecepatan pemasangan terminal VSAT. Kelebihan-kelebihan komunikasi satelit ini tampaknya telah lama jeli dilihat oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki banyak cabang dan pemakai layanan informasi perseorangan di Eropa. Menurut data yang tercatat, jumlah terminal VSAT yang terpasang di kawasan Eropa, naik dari sekitar 2000 unit pada awal 1994 menjadi 11.000 unit di awal 1996. Jumlah ini diperkirakan akan berkali lipat untuk pasar Asia Pasifik mengingat kondisi geografis kawasan ini lebih tersebar dibanding Eropa.

2.   LANDASAN TEORI

VSAT adalah singkatan dari Very Small Aperture Terminal adalah stasiun penerima sinyal dari satelit dengan antena penerima berbentuk piringan dengan diameter kurang dari tiga meter. Fungsi utama dari VSAT adalah untuk menerima dan mengirim data ke satelit. Satelit berfungsi sebagai penerus sinyal untuk dikirimkan ke titik lainnya di atas bumi.
VSAT adalah pilihan bagi mereka yang berada di tempat terpencil dan membutuhkan koneksi Internet dimana tidak ada infrastruktur lain seperti leased line, ADSL, ISDN, bahkan tidak juga telepon.
Sebenarnya piringan VSAT tersebut menghadap ke sebuah satelit geostasioner. Satelit geostasioner berarti satelit tersebut selalu berada di tempat yang sama sejalan dengan perputaran bumi pada sumbunya. Satelit geostasioner mengorbit selalu pada titik yang sama di atas permukaan bumi, maka dia akan selalu berada di atas sana dan mengikuti perputaran bumi pada sumbunya.




Gambar 3. Perputaran satelit geostasioner INTELSAT 603
Mendapatkan data Internet dari setelit sama saja dengan mendapatkan sinyal televisi dari satelit. Data dikirimkan oleh satelit dan diterima oleh decoder pada sisi pelanggan. Data yang diterima dan yang hendak dikirimkan melalui VSAT harus di-dekode oleh decoder terlebih dahulu. Satelit Telkom-1 menggunakan C-Band (4-6 GHz). Selain C-Band ada juga KU-Band. Namun C-Band lebih tahan terhadap cuaca dibandingkan dengan KU-Band. Satelit ini menggunakan frekuensi yang berbeda antara menerima dan mengirim data. Intinya, frekuensi yang tinggi digunakan untuk uplink (5,925 sampai 6,425 GHz), frekuensi yang lebih rendah digunakan untuk downlink (3,7 sampai 4.2 GHz).
Sistem ini mengadopsi teknologi TDM dan TDMA. Umumnya konfigurasi VSAT adalah seperti bintang. Piringan yang ditengah disebut hub dan melayani banyak piringan lainnya yang berlokasi di tempat yang jauh. Hub berkomunikasi dengan piringan lainnya menggunakan kanal TDM dan diterima oleh semua piringan lainnya. Piringan lainnya mengirimkan data ke hub menggunakan kanal TDMA. Dengan cara ini diharapkan dapat memberikan koneksi yang baik untuk hubungan data, suara dan fax. Semua lalu lintas data harus melalui hub ini, bahkan jika suatu piringan lain hendak berhubungan dengan piringan lainnya. Hub ini mengatur semua rute data pada jaringan VSAT.
Frame TDM selalu berukuran 5.760 byte. Setiap frame memiliki 240 sub-frame. Setiap sub-frame adalah 24 byte. Panjang waktu frame tergantung pada data rate outbound yang dipilih. TDMA selalu pada 180 ms. TDMA disinkronisasi untuk memastikan bahwa kiriman data yang berasal dari stasiun yang berbeda tidak bertabrakan satu dengan yang lainnya. Pendapat umum mengatakan bahwa koneksi dengan satelit adalah koneksi yang paling cepat. Kenyataanya adalah tidak. Waktu yang dibutuhkan dari satu titik di atas bumi ke titik lainnya melalui satelit adalah sekitar 700 milisecond, sementara leased line hanya butuh waktu sekitar 40 milisecond. Hal ini disebabkan oleh jarak yang harus ditempuh oleh data yaitu dari bumi ke satelit dan kembali ke bumi. Satelit geostasioner sendiri berketinggian sekitar 36.000 kilometer di atas permukaan bumi.
3.   PERANGKAT VSAT
Terminal Antena Sangat Kecil adalah alat di stasiun bumi dan digunakan untuk mengirim serta menerima pancaran frekwensi daripada satelit. Antena VSAT berukuran lebih kurang 2 hingga 10 kaki (0.55-12 m) dipasang di atap, dinding atau atas tanah.
Komponen VSAT, terdiri dari :
Unit Luar (Outdoor Unit (ODU)) :
  • Antena/dish/parabola ukuran 2 hingga 4 kaki (0.55-2.4 m), yang dipasang pada atap, dinding atau di tanah.
  • BUC (Block Up Converter), yang menghantarkan sinyal frekwensi ke satelit.Juga sering disebut sebagai Transmit (Tx).
  • LNB (Low Noise Block Up), yang menerima sinyal frekwensi satelit. Juga sering disebut sebagai Receiver (Rx).








Gambar 4. Perangkat VSAT
*       Unit Dalaman (Indoor Unit (IDU)) :
  • Modem (Modulator / Demodulator), sebuah alat dipanggil Return Channel Satellite Terminal yang menyambungkan dari unit luar dengan IFL kabel berukuran panjang tidak lebih 50 meter.
  • IFL (Inter Facility Link). Merupakan media penghubung antara ODU & IDU.





Gambar 5. Konfigurasi Pemasangan Perangkat VSAT
3.1.  Satelit
Satelit Merupakan alat di orbit bumi khusus untuk menerima/ menghantar maklumat secara wireless, berkomunikasi melalui frekuensi radio. Untuk di Indonesia menggunakan Satelit Telkom 2 (Indonesia) digunakan untuk Depdagri, dengan teknologi C band yang tahan dari segala Cuaca. Menggunakan Komunikasi 2 arah, menerima dan menghantar isyarat. Daerah yang dipasang VSAT dikenali sebagai remote terminal, dikawal oleh hub station. Semua isyarat dari satelit dikirim ke hub terlebih dahulu sebelum dikirim kembali ke terminal remote lain, yaitu Propinsi / Kabupaten.





Gambar 6. SATELIT TELKOM 2
Untuk Kapasiti muat turun (download) ialah 1 Mbps tetapi boleh dinaiktaraf sehinga mencapai 45 Mbps. Kapasiti muat naik (upload) pula ialah 128 Kbps tetapi boleh dinaiktaraf sehinga mencapai 1.1 Mbps. Jenis-jenis satelit bergantung kepada kedudukannya dengan permukaan bumi.
Ada 4 jenis satelit :
GEO -Geostationary (geo-synchronous) earth orbit
MEO -Medium earth orbit
LEO - Low earth orbit
HEO -Highly elliptical orbit.
3.2.   Satelit Komunikasi
Satelit komunikasi telah menunjukkan kemampuannya sejak tiga dasa warsa yang lalu. Masih segar ingatan kita, bahwa misi satelit komunikasi dalam tahun 60-an adalah sebagai alternatif transmisi dari titik ke titik antar kontinen, karena kemampuannya melihat kira-kira sepertiga permukaan bumi dari tempat ketinggian orbit geostasioner tepat di atas katulistiwa. Komunikasi internasional menjadi ajang yang subur bagi sistem ini. Satu dasa warsa sesudah itu, ditunjang oleh kemajuan teknologi antena dan HPA, sistem ini mempunyai cakupan pensil yang lebih kecil, yang memungkinkan stasiun bumi dengan diameter sekitar 10 meter, berkomunikasi satu dengan lainnya. Bangsa kita wajib berbangga karena founding fathers kita dengan sangat bijaksana memutuskan Palapa A sebagai infrastruktur tulang punggung telekomunikasi, di samping sistem terestrial, pada Agustus 1976. Tradisi ini masih berlanjut sampai hari ini, dan terbukti bahwa sistem komsat (komunikasi satelit) domestik kita merupakan salah satu yang armada stasiun bumi ukuran sedangnya terbanyak dengan jumlah transponder 37 buah. Teknologi komsat terus berkembang, di mana pada tahun 80-an tumbuh VSAT, atau Very Small Aperture Terminal, stasiun bumi dengan diameter kurang dari 2,5 meter. Hal ini disebabkan karena kematangan teknologi antena dan semakin besarnya kemampuan daya satelit. Alur perkembangan ini semakin berlanjut : pada tahun-tahun 90-an ini akan segera muncul stasiun bumi sebesar terminal cordless atau sering disebut teknologi handheld atau telepon genggam.

Kini, di akhir tahun 90-an ini perkembangan satelit komunikasi sangat fenomenal, tak terkecuali di daerah Asia Pacific. Bukan hanya negara-negara di kawasan ini seakan berlomba memiliki komsat, juga perusahaan-perusahaan swasta maupun konsorsium yang bersifat internasional merencanakan bisnis lewat komsat. Dari data yang dapat diperoleh, di kawasan ini, telah terdaftar komsat-komsat seperti terlihat pada Tabel-1.

Tabel Satelit di Asia
Name of Satellites
Organization
Information to Convey
Other
1. Skysat
Skysat Hongkong
data and telephony
-
2. Dacom
Dacom Korea
tv-b,c, telephony data
band X
3. Indostar
-
dbs
band S
4. Superbird
Japan
-
band X
5. Gorizon-raduga
Russia/India
-
band X
6. Skynet
-
-
band X
7. ACes
PSN
mobile
band S/L
8. APMT
Singapora
mobile
band S/L
9. LAOSTAR
Laos
dbs
band Ku
10. Measat
Malaysia
-
-
11. Singasat
Singapore
-
-
12. Palapa C
Indonesia
FSS
C, Ku, extended C
13. Thaicom
Thailand
FSS
C, Ku
14. PCG
Hongkong/Singapore
FSS
C, Ku, X, Ka
15. Mabuhay
Philippines
-
band C and Ku

Tabel 1. Satelit di Asia

Satelit yang terdaftar itu digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk siaran TV, komunikasi suara, data dan gambar, serta untuk komunikasi bergerak. PCG, misalnya menawarkan suatu 0ne-stop VSAT network service bagi perusahaan-perusahaan multinasional yang mempunyai kantor tersebar di beberapa negara di Asia. Namun dari pelbagai penggunaan satelit itu ada persamaannya, yaitu ada kecenderungan untuk menggunakan spektrum frekuensi yang bukan lagi di dominasi oleh pita C, tetapi di luarnya. Pita X, yang selama ini tidak pernah atau jarang diimplementasikan, tiba-tiba menjadi bermunculan. Demikian pula halnya daerah terusan C, sudah mulai diminati oleh pelbagai proposant. Tentunya daerah yang empuk untuk teknologi handheld untuk sistem komunikasi bergerak, juga menjadi sasaran dari pelbagai perencana komsat. Akhir-akhir ini bahkan daerah pita Ka, yaitu antara 20-30 Ghz menjadi incaran perencana komsat yang secara spetakuler jumlahnya relatif banyak.

Konsep NII, atau Prasarana Informasi Nasional, didefinisikan sebagai jaringan komunikasi gabungan dari berbagai media transmisi seperti satelit, serat optik, kabel tembaga, kabel koaksial, radio, untuk membawa berbagai macam informasi. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, harus mempersiapkan juga jaringan NII dalam mempersiapkan era informasi tersebut, dengan cakupan yang menyeluruh dalam batas-batas yuridiksi suatu negara tersebut. Pada tahapan ini, peran satelit menjadi sangat efektif bagi pemecahan masalah prasarana telekomunikasi di negara berkembang. Di samping cakupan yang luas untuk melingkupi seluruh negeri, transponder satelit itu bisa bersifat transparan, untuk melewatkan berbagai protokol yang dilewatkannya. Bahkan perkembangan satelit semakin menuju kepada onboard processing dan/atau switching di satelit, dengan kemampuan total digital; hal tersebut semakin memungkinkan kombinasi jaringan yang mulus terhadap sistem jaringan terestrial yang ada.
4.   IMPLEMENTASI VSAT
Dalam sistem VSAT, konfigurasi yang paling populer adalah Star. Dalam konfigurasi ini sebuah stasiun hub berhubungan dengan banyak remote site yang tersebar di banyak lokasi.
Besarnya bandwidth inbound link (link dari remote ke hub) berkisar antara 32-256 kbps. Sedangkan outboundnya (dari hub ke remote) antara 128-512 kbps. Bahkan untuk sistem komunikasi satelit yang khusus dirancang untuk akses internet seperti yang ditawarkan oleh Scientific Atlanta, inboundnya sebesar 9,6-160 kbps sementara outboundnya mencapai 2-55 Mbps. Benar-benar pemakaian bandwidth yang optimal!. Bandingkan dengan kecepatan akses internet yang Anda pakai sekarang yang kecepatannya cuma 28 kbps. Teknologi X2 dan Flex --teknologi modem untuk akses internet via kawat tembaga-- pun hanya berani mematok kecepatan maksimal sebesar 56 kbps.








Gambar 7. Konfigurasi Star pada VSAT
Gambar 7 menunjukkan konfigurasi Star dengan sebuah hub dan beberapa remote site. Sebuah remote site terdiri dari terminal VSAT dengan perangkat radionya dan server akses satelit (satellite access server/SAS) yang bisa menerima sinyal outbound pita lebar (broadband) dari satelit secara langsung ke sebuah PC workstation maupun yang dihubungkan ke LAN lokal di remote site. Pada konfigurasi remote site yang dihubungkan ke LAN, beberapa workstation dapat memakai secara bersama (sharing) sebuah terminal VSAT dan SAS. Konfigurasi ini sesuai untuk cabang-cabang perusahaan yang mempunyai LAN. Alternatif lain yang lebih ekonomis untuk remote site yang hanya terhubung dengan sebuah workstation adalah dengan men-dial server dial-up-VSAT lokal lewat jaringan PSTN dengan tujuan menghemat bandwidth yang disewa untuk keperluan lain yang lebih penting. Di sisi stasiun hub, data center terhubung ke banyak server penyedia informasi seperti ISP (Internet Service Provider) atau penyedia layanan informasi interaktif lainnya. Dengan demikian lebar pita outbound dapat dipakai secara optimal.








Gambar 8. Konfigurasi Star pada VSAT
Gambar 8 menunjukkan konfigurasi detail remote site yang terhubung ke LAN. Dalam konfigurasi ini PC workstation terhubung ke SAS dalam jaringan Ethernet. Paket-paket data permintaan dari workstation dikirim ke server internet melalui perangkat VSAT yang berfungsi juga sebagai router. Halaman Web yang diminta kemudian dikirim balik melalui hub dan diterima oleh SAS yang kemudian meneruskannya ke LAN. Sebuah proxy server diperlukan untuk menyimpan untuk sementara halaman Web yang sering diakses sehingga akan mengurangi beban trafik ruas angkasa (ruas maya antara terminal VSAT dengan satelit). Konfigurasi di atas memungkinkan semua remote site yang terhubung dapat mengakses intranet/internet dengan browser web standar dan menerima sinyal downstream dengan bandwidth lebar yang berisi layanan multimedia berkualitas tinggi. Pemanfaatan VSAT untuk videoconference dapat dikembangkan dengan bantuan proses kompresi data, misalnya dengan MPEG-1 maupun MPEG-2. Uji coba yang dilakukan PT. CSM menunjukkan bahwa rate sebesar 128 kbps sudah cukup baik untuk melewatkan data video. Pergerakan gambar tidak patah-patah walaupun terasa sedikit lambat. Sedangkan untuk proses pengolahan suaranya dapat menggunakan metode PCM atau ADPCM (Adaptive Differential Pulse Code Modulation) yang mampu meng-kompres suara menjadi sebesar 32 kbps atau bahkan lebih kecil lagi.
Dengan kemampuan seperti itu, nampaknya VSAT tidak akan banyak menghadapi kendala. Satu-satunya hambatan teknis yang telah menjadi 'bawaan lahir' sistem komunikasi satelit adalah delay (tundaan waktu). Perjalanan sinyal ke angkasa sejauh 2 kali 36.000 km (untuk satelit GEO) menyebabkan tundaan sebesar 1/4 detik. Padahal tundaan sangat berpengaruh pada layanan multimedia yang bersifat real time, semisal video dan audio berkualitas tinggi. Gambar pada citra video bisa tampak patah-patah dan pergerakannnya kasar jika delay tidak teratasi. Selain itu delay menyebabkan terjadinya skew, yaitu ketidaksinkronan antara gerakan bibir orang yang tampak di layar dengan suara yang diucapkannya. Sungguh tidak nyaman bila kita harus melihat lawan bicara kita di layar komat-kamit sementara suaranya baru terdengar kemudian. Untunglah kekurangan ini dapat diatasi dengan teknik yang disebut spoofing protokol (semacam proses emulasi kecepatan). Meskipun tidak menghilangkan sama sekali efek delay, paling tidak teknik ini dapat meminimalkan efek delay hingga ke tingkat yang bisa ditoleransi.

V.   PENUTUP


Perancang Penggunaan VSAT harus selalu mencari solusi teknologi yang memungkinkan biaya penerapan sistem menjadi terjangkau. Berbagai kecenderungan teknologi yang muncul dalam bidang telekomunikasi, baik terestrial maupun antariksa, dapat dijadikan panduan ke arah itu. Nampaknya bagi negara-negara berkembang dapat dipercepat realisasinya, dengan catatan harus dicari solusi sehingga biaya terminal dan biaya sambungan terjangkau. Menggunakan VSAT juga terdapat keuntungan dan kerugiannya diantaranya yaitu:

Keuntungan dengan VSAT:

·   Koneksi dimana saja. Tidak perlu LOS dan tidak ada masalah dengan jarak.

·   Jangkauan cakupannya yang luas baik nasional, regional maupun global.

·   Pembangunan infrastrukturnya relatif cepat untuk daerah yang luas, dibanding teresterial.

·   Komunikasi dapat dilakukan baik titik ke titik maupun dari satu titik ke banyak titik secara broadcasting, multicasting.

·   kecepatan bit akses tinggi dan bandwidth lebar. VSAT bisa dipasang dimana saja selama masuk dalam jangkauan satelit.

·   Handal dan bisa digunakan untuk koneksi voice, video dan data, dengan menyediakan bandwidth yang lebar.

·   Jika ke internet jaringan akses langsung ke ISP router dengan keandalannya mendekati 100%.

·   Sangat baik untuk daerah yang kepadatan penduduknya jarang dan belum mempunyai infrastuktur telekomunikasi.

Kerugian VSAT:

·   Tarif Instalasi perangkat dan biaya berlanggan cukup mahal

VSAT DVB  RCS Dedicated GOLD

Bandwidth (U/D)
Tarif
32/128 Kbps
Rp.   4.900.000,-
64/256 Kbps
Rp.   6.800.000,-
128/512 Kbps
Rp. 11.300.000,-
256/ 1024 Kbps
Rp. 19.400.000,-

Biaya Dismantle VSAT DVB-RCS

Lokasi
Tarif
Jakarta & Surabaya
Rp.   3.000.000,-
Pulau Jawa diluar Jkt & Sby
Rp.   7.000.000,-
Luar Jawa
Rp. 11.000.000,-

Tabel 2. Tarif Berlangganan dan Instalasi VSA.

·   Untuk melewatkan sinyal TCP/IP, besarnya throughput akan terbatasi karena delay propagasi satelit geostasioner. Kini berbagai teknik protokol link sudah dikembangkan sehingga dapat mengatasi problem tersebut. Diantaranya penggunaan Forward Error Correction yang menjamin kecilnya kemungkinan pengiriman ulang.

·   Waktu yang dibutuhkan dari satu titik di atas bumi ke titik lainnya melalui satelit adalah sekitar 700 milisecond, sementara leased line hanya butuh waktu sekitar 40 milisecond. Hal ini disebabkan oleh jarak yang harus ditempuh oleh data yaitu dari bumi ke satelit dan kembali ke bumi. Satelit geostasioner sendiri berketinggian sekitar 36.000 kilometer di atas permukaan bumi.

·   Curah Hujan yang tinggi, Semakin tinggi frekuensi sinyal yang dipakai maka akan semakin tinggi redaman karena curah hujan. Saat ini band frekuensi yang banyak dipakai untuk aplikasi broadcasting adalah S-band, C-Band dan KU-Band. Untuk daerah seperti Indonesia dengan curah hujan yang tinggi penggunaan Ku-band akan sangat mengurangi availability link satelit yang diharapkan. Sedangkan untuk daerah daerah sub tropis dengan curah hujan yang rendah penggunaan Ku-Band akan sangat baik. Pemilihan frekuensi ini akan berpengaruh terhadap ukuran terminal yang akan dipakai oleh masing masing pelanggan.

·   Rawan sambaran petir gledek.

·   Sun Outage, Sun outage adalah kondisi yang terjadi pada saat bumi-satelit-matahari berada dalam satu garis lurus. Satelit yang mengorbit bumi secara geostasioner pada garis orbit geosynchronous berada di garis equator atau khatulistiwa (di ketinggian 36.000 Km) secara tetap dan mengalami dua kali sun outage setiap tahunnya. Energi thermal yang dipancarkan matahari pada saat sun outage mengakibatkan interferensi sesaat pada semua sinyal satelit, sehingga satelit mengalami kehilangan komunikasi dengan stasiun bumi, baik headend/ teleport maupun ground-segment biasa.

·   Debu Meteroit, Seringkali menembakan gas hydrazine (H2Z) agar rotasi satelit agar satelit stabil di orbit, satelit perlu beberapa kali di kalibrasi agar tetap pada orbitnya.





DAFTAR PUSTAKA

August E. Grant and Jennifer H. (2004). Communication Technology Update, 9th Edition. New York :Focal Press.

Dizard, W. (1999). Old Media, New Media. 3rd Edition. New York  : Longman.

D.   Suryadi HS (1993), Pengantar Komunnikasi Data, Penerbit Gunadarma

Majalah Infokomputer, VSAT Lintas Data Bebas Hambatan , no.11 edisi November

Martin, M. (2003).  Broadband Wireless Services Drawing Renewed Interest.”
New York  : Random House.

Muller, N. (1998). Desktop Encyclopedia of Telecommunications.  New York  :
McGraw-Hill.






* Penulis, Alumni Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Informasi UGM Yogyakarta.

1 komentar: